Januari 09, 2011

Lalu Uang pun Tertawa, Mengejek Kita

BANYAK kisah lucu sekaligus miris kita dengar lewat media massa belakangan ini. Akhir tahun lalu, semua orang tidak tahu harus marah atau bagaimana ketika mendengar kisah joki narapidana di Lapas Bojonegoro, Jatim. 

Seorang perempuan menggantikan perempuan lain di lapas itu dengan bayaran sejumlah uang.

Itu boleh jadi kisah akhir tahun 2010 yang patut menjadi catatan atas lemahnya pengawasan dan mudahnya mengatur segala sesuatunya dengan sejumlah uang. Patutlah kemudian jika uang pun tertawa mengejek kita, karena keperkasaannya terbukti di mata kita.

Kisah joki napi hanya satu dari sekian banyak realitas miring dari daya tarik uang yang demikian besar. Sebelumnya, tahun lalu kita juga dihebohkan dengan suasana ruang penjara yang demikian mewah saat sang Ratu Lobi, memiliki semua yang diinginkannya dalam ruang penjara yang disulap menjadi tempat yang nyaman baginya.

Demikian juga seorang rekannya, terpidana kasus lainnya, bahkan memiliki ruang karaoke yang mewah. Ditambah lagi, soal keleluasaan napi keluar masuk penjara selama menjadi tahanan. Terlihat bagaimana napi dapat bebas menjalani terapi kecantikan di luar penjara, meskipun dicoba dibantah.

MENGEJUTKAN
Semua hal-hal seperti ini mengejutkan, karena tidak ada yang menyangka bisa terjadi. Tetapi kenyataan demi kenyataan menunjukkan hal tersebut merupakan hal yang sangat mungkin terjadi. Meski, tetap saja mengejutkan saat terungkap di masyarakat.

Seperti juga sebelumnya kita dengar bagaimana temuan seorang Menteri yang langsung membuatnya marah besar, begitu melihat seseorang dalam stasus tahanan bisa seenaknya satu pesawat dengannya. Kemarahannya semakin memuncak, karena tahanan tersebut kebetulan berhadapan langsung kasusnya dengan sang Menteri dan kalah lalu masuk tahanan.

"Bagaimana dia bisa satu pesawat dengan saya?" Kira-kira demikian kemarahan sang Menteri pada waktu itu. Padahal, orang tersebut adalah orang yang cukup terkenal dan wajahnya tidak ditutupi wig atau apapun yang bisa dianggap menyamarkan penampilannya.

Hal ini membuat sang Menteri bertanya-tanya, siapa yang melindungi orang tersebut hingga bisa sebebas itu melakukan sesuatu yang menjadi kehendaknya. Kejutan itu membuatnya tidak habis pikir.

Dan yang teranyar adalah kasus Mr GT yang menggunakan wig untuk menyamar saat menonton pertandingan tenis di Bali. Lalu tidak cukup di situ, ia kemudian dididuga juga melakukan perjalanan ke beberapa negara. Dan yang mengejutkan, ia diperkirakan menggunakan paspor palsu untuk melancong keluar negeri dengan nama lain.

Semua kejutan-kejutan ini mungkin terungkap karena pihak-pihak tertentu yang perduli dan melaporkan hal tersebut, baik lewat media publik dan sebagainya. Lalu, bagaimana dengan kasus orang yang tidak terkenal sehingga masalah seperti ini, yang bukan tidak mungkin juga terjadi, bisa terungkap?

Kasus ini bisa jadi dua hal penyebabnya. Yaitu pengawasan yang longgar atau memang orang-orang di dalamnya memang sudah intens terlibat karena pengaruh uang yang sangat memikat.

PENGAWASAN
Kita menjadi senyum kecut bahkan sebagian dari kita langsung mencibir saat mendengar jawaban klise dari para pejabat yang bertanggung jawab atas hal-hal seperti ini. Sebab hampir semua memberi komentar bahwa mereka akan menyelidiki dan akan menindak staf yang terbukti melanggar peraturan.

Persoalannya, siapa mengawas siapa? Sepatutnya, seorang pejabat yang disumpah saat menerima jabatannya, otomatis bertanggung jawab atas apa yang menjadi bagian tugasnya. Tetapi, kenapa kontrol demikian bisa sering lolos? Jawabannya adalah soal pendataan yang tidak ketat di negeri ini.

Kita bisa menemukan dengan mudah seseorang yang memiliki KTP ganda, misalnya. Semua itu membuat pendataan negeri ini menjadi kacau balau. Semua itu terjadi karena fungsi pengawasan tidak benar-benar dilaksanakan, Misalnya, saat seseorang ingin mendapatkan KTP, tentunya diperlukan surat pindah dari tempat tinggalnya sebelumnya. Tapi semua itu bisa dilanggar dengan seenaknya. Seseorang bahkan dengan santainya mengaku memiliki lima KTP.

Demikian juga dengan kasus tahanan, misalnya. Seharusnya data tahanan jelas ada, mulai dari nama hingga foto serta kasus dan masa tahanannya. Dengan demikian, bahkan pengunjung dapat mengetahui hal tersebut. Sehingga, sipir penjara atau petugas lainnya di sana mengetahui jika ada hal yang mencurigakan. Hal ini menambah ketatnya fungsi pengawasan tadi.

Selain itu, media massa juga publik berhak mengetahui dengan riil jumlah tahanan dan kasusnya. Perkembangan tentang ini juga patut diketahui masyarakat sehingga juga diketahui apa persoalan kejahatan tertinggi di suatu daerah, mengapa dan bagaimana solusi agar hal ini tidak meningkat di tahun berikutnya.

Semua urusan pendataan ini tidak boleh dianggap sepele, karena data ini pula yang sering dimanfaatkan dalam hal melakukan penyelewengan dan pelanggaran. Karenanya, masyarakat juga harus awas tentang tetangganya yang ‘menghilang’ sampai tiga bulan tanpa kabar jelas.

Kepedulian yang menurun ini harus ditingkatkan kembali. Termasuk kegiatan teroris yang tidak diduga akibat ketidakpedulian kita terhadap tetangga dan lingkungan sekitar. Semua ini menjadi catatan atas kondisi yang terjadi selama ini.

UANG
Penyebab kedua yaitu daya pikat uang. Seandainya uang itu bisa bertindak seperti manusia, tentu uang akan mengejek kita. Sebab semua lini yang dimasukinya membuat segala sesuatunya bisa berjalan lancar.

Tapi, seperti lagu Nicky Astria, "uang bisa bikin orang senang tiada kepalang, uang bikin mabuk kepayang..". Sehingga, saat hati senang dan kita mabuk kepayang karena uang, maka kita melupakan semua sumpah jabatan serta tanggung jawab yang kita emban. Keasyikan menggenggam uang yang bisa membayar semua kesenangan, terbukti bisa dilakukan seperti kasus-kasus diatas, misalnya. Atau bisa dinikmati orang yang menerima uang tanpa pertanggungjawaban sebagaimana mempertanggungjawabkan anggaran di APBD.

Semua kemudahan dan kesenangan itu benar-benar membuat mabuk. Dan, sebagaimana orang mabuk pada umumnya, lebih mudah pulalah untuk meringkuknya. Sebab tenaganya menjadi lemah karena mabuk tadi. Akhirnya, tertangkap kembali. Tapi, seperti film-film yang menampilkan Alien, tetap ditunjukkan bahwa Alien tidak pernah benar-benar musnah setelah diperangi dengan demikian hebatnya. Demikian juga para pemburu uang.

Andai uang bisa lakukan, lalu uang pun tertawa mengejek kita. Hanya demi dia, kita rela dipenjara. Hanya demi dia kita rela melakukan kejahatan dan penyelewengan. Hanya demi uang, kita lakukan segala sesuatunya meski berlawanan dengan hati kecil kita.

Semua ini terjadi hari demi hari dan dengarkan bagaimana tawa uang semakin membahana mengejek kita para pecintanya. Padahal, semua hanya keniscayaan. Kita hanya mahkluk sementara dan memiliki kebutuhan yang terbatas. Kita bahkan tak bisa menggunakan uang yang kita kumpulkan dengan susah payah sampai-sampai melakukan pelanggaran itu, saat menghadap padaNYA. Sebuah renungan.

Tulisan : SAURMA

0 komentar:

Posting Komentar