Januari 25, 2011

Perkara Tikus

Asyik sekali mendengar diskusi malam ini. Terima kasih buat teman-teman dari Aliansi Mahasiswa Peduli Kota Langsa. Diskusi yang dibuat dengan konsep yang begitu bagus, walau yang ditunggu kehadirannya tidak datang. Ya, Bapak walikota kita tercinta. Pemilihan lokasi juga begitu bagus dan menggebrak. Bagaimana tidak, diskusi yang dipimpin moderator oleh ibu saya sendiri (Promosi, he he he), serta materi yang disampaikan oleh kalangan Eksekutif, legislatif, akademisi, dan LSM.

Berbagai macam model keluhan, pertanyaan, teori, dan pembelaan dilontarkan. Ada yang menyuguhkan argumentasi bertele-tele dan kadang omong kosong. “Peugah nyoe, peugah jeh, meunyoe peng ek chiet” (Bilang begini, bilang begitu, dikasih uang mau juga) begitu lah orang Aceh mengatakan. Anggaran defisit, belanja daerah meningkat. Terpaksa semuanya dipangkas. PAD (Pendapatan Anggaran Daerah) yang konon dari parkir dan rumah sakit juga menurun. Kasihan..

Kota Langsa hanya sebesar kecamatan di Kabupaten lain. Tapi kok kacau begini ya?? KEmana anggaran ya?? Studi banding atau liburan?? Begitu miris, ketka perjalanan saya ke lokasi diskusi, saya melihat jalan yang baru 2 bulan dibuat sudah rusak parah, kalu istilah Acehnya “ka lagee pliek”. Buat jalan sampai selesai, habis buat jalan ya buat parit. Gimana gak rusak?? Masuk lagi truk pengangkat pasir, batu, dan semen untuk buat parit. Habis itu ya buat jalan lagi, sisa-sisa jalan yang rusak, serta material untuk buat jalan masuk ke parit. Akhirnya parit rusak lagi. Hahaha. Kapan selesainya bung?? Mana master plan tata kota?? Tak ada kah?? Tragis sekali. Unsam punya FAKULTAS TEKNIK, FAKULTAS EKONOMI, dll. Mungkin itu cuma pajangan saja, jadi ya gak usah dianggap. Para akademisi belajar saja di Institusi Pendidikan, jangan ikut campur proyek dan pembangunan. Itu tugas orang-orang nyeleneh dan ngasal. Hehe...

Jadi, tak lain dan tak bukan semua itu hanya untuk menambah-nambahkan proyek, ya banyak proyek, banyak uang. Suap sana, suap sini. Korupsi juga ujung-ujungnya. PAD merosot ya karena korupsi juga. Sekali parkir bayar 1000, dulunya 500, mungkin sekarang sebenarnya 500. Tapi pendapatan di parkir turun. Apalagi kalo bukan ada praktik korupsi disitu. Bagaimana dengan prektik pemungutan liar dengan dalih retribusi di jalan dengan baju-baju seragam dinas perhubungan. Kemana uang retribusi itu? Masuk kantong kah? Korupsi juga. Setelah menang proyek, uang proyek bagi ke legislative sedikit, bagi ke eksekutif sedikit, masuk kantong BANYAK, hahaha. Proyek pun jadi manipulative.

Kota Langsa tak akan maju kalo gayus-gayus berseliweran, kas kebobolan, dan si tikus berkeliaran mencari makan. Harusnya perkara tikus harus dikasih racun. Biar pada mati semuanya. Inilah masalah yang telah mengakar di Indonesia. Penyakit yang kronis, masalah ketamakan, ketidak cukupan, dan kerakusan. Obati itu dulu wahai bapak-ibu wakil rakyat serta para eksekutif. Jadikan pemerintahan bersih, buat konsep dengan Continue Improvement. Bekerja sama seluruh lapisan masyarakat, serta juga mengikutsertakan para-para pakar untuk merancang, membangun, mengembangkan Kota Langsa kea rah yang lebih maju.

Oleh : Ziaul Maula
Ketua Umum PD PII Kota Langsa

3 komentar:

Muhammad Endra mengatakan...

Kejujuran dalam berbuat itu adalah suatu hal yg sangat langka di Negeri Indonesia tercinta ini...
baik dari daerah sampai kepusat.

Blogging mengatakan...

@Muhammad Endra : bener Sekali Sob... tetap Semangat

Unknown mengatakan...

http://m.beritahukum.com/detail_berita.php?judul=Sekda+Tidak+Tahu+Ada+Warga+Langsa+Kurang+Mampu&subjudul=Aceh

Posting Komentar